Dalam dunia industri, khususnya perusahaan manufaktur, pengelolaan produksi yang efisien dan terorganisir sangatlah penting. Salah satu alat yang berperan dalam mengatur dan mengkoordinasi proses produksi adalah work order atau perintah kerja. Dalam artikel ini, kami akan membahas secara rinci tentang apa itu work order, bagaimana perannya dalam perusahaan manufaktur, serta elemen-elemen penting yang ada di dalamnya.
Apa itu Work Order?
Work order merupakan perintah kerja tertulis yang berisi instruksi atau teterangan mengenai pekerjaan yang harus dilakukan oleh pihak internal ataupun eksternal perusahaan. Dokumen ini berfungsi sebagai panduan bagi pelaksana dalam menjalankan tugas-tugas tertentu. Work order juga digunakan sebagai alat komunikasi antara departemen pemeliharaan perusahaan dengan vendor atau pihak lain yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan.
Baca juga : Membangun Karir Sebagai Pengusaha
Fungsi dan Penggunaan Work Order
Secara umum, work order memiliki beberapa fungsi dan penggunaan, antara lain:
Panduan Pelaksanaan: Work order memberikan panduan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana cara melakukannya, serta siapa yang bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut.
Pelaporan Pekerjaan: Work order dapat digunakan untuk melaporkan pekerjaan yang telah diselesaikan atau yang masih dalam proses. Hal ini membantu mengawasi kemajuan pekerjaan dan memastikan penyelesaian tepat waktu.
Pengelolaan Material: Dalam industri manufaktur, work order membantu mengelola persediaan bahan baku, suku cadang, dan material lain yang dibutuhkan dalam proses produksi.
Komunikasi Internal dan Eksternal: Dokumen work order memfasilitasi komunikasi antara departemen yang berbeda di dalam perusahaan dan juga dengan pihak eksternal seperti vendor.
Elemen-elemen Work Order
Work order memiliki beberapa elemen penting yang harus diisi dengan informasi yang akurat dan lengkap. Elemen-elemen tersebut antara lain:
Bagian Informasi Kerja:
WO No.: Nomor urut formulir Work Order.
Start Date: Tanggal mulai produksi.
Expected Date: Tanggal perkiraan selesainya proses produksi.
Person in Charge: Orang yang bertanggung jawab atas proses produksi.
Department: Departemen yang bertanggung jawab atas proses produksi.
Description: Deskripsi atau penjelasan singkat tentang Work Order yang dibuat.
Bagian Detail:
Description: Deskripsi dari bill of material atau formula produk yang akan diproduksi.
Item No.: Nomor kode barang atau produk yang akan diproduksi.
Quantity: Kuantitas atau jumlah produk yang akan diproduksi.
Unit: Nilai satuan dari produk yang harus diproduksi.
Total Cost: Total biaya dari produk.
SO. No.: Nomor Sales Order atau Pesanan Penjualan.
Finished: Persentase penyelesaian produk yang sudah diproduksi.
Closed: Status produk setelah seluruh Work Order diselesaikan.
Bagian Detail Pekerjaan:
Item No.: Nomor Kode item bahan baku.
Item Description: Deskripsi tentang bahan baku.
Quantity: Kuantitas atau jumlah bahan baku yang dibutuhkan.
Unit: Satuan bahan baku.
Quantity Taken: Kuantitas bahan baku yang sudah dikeluarkan.
Standard Cost: Harga satuan standar bahan baku.
Total Cost: Total biaya standar bahan baku.
Bagian Cost:
Elemen-elemen yang dimasukkan berupa deskripsi biaya konversi, waktu proses produksi barang, nilai biaya standar konversi per jam, dan total biaya standar pembuatan.
Baca juga : Perbedaan antara E-commerce dan Marketplace dari Berbagai Sisi
Kesimpulan
Work order merupakan instrumen penting dalam mengatur proses produksi di perusahaan manufaktur. Dokumen ini membantu memastikan pelaksanaan pekerjaan yang efisien, terkoordinasi, dan tepat waktu. Dengan elemen-elemen yang terstruktur, work order menjadi alat komunikasi yang kuat antara berbagai departemen di perusahaan serta pihak eksternal yang terlibat. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang work order dan pengisiannya dengan informasi yang akurat sangatlah penting untuk menjaga kelancaran operasional perusahaan manufaktur.